IMER EVERDINA HANA MARINI, Pola Pemanfaatan Lahan Untuk Kegiatan Usahatani Di Kampung Dindey Distrik Warmare Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dibimbing oleh, Dr. Michael A Baransano, SP.,M.Si dan Josina Waromi, SP., M.SE

 

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan persamaan Von Thunen produktivitas tertinggi di lahan kebun memiliki nilai maksimum sebesar Rp 11.652,7 ton/ha/km, dengan nilai rata-rata sebesar Rp 5.940.2 ton/ha/km. Produktivitas lahan di lereng gunung memiliki nilai maksimum nya sebesar Rp 46.472 kg/ha/km dengan nilai rata-rata sebesar 30.091 ton/ha/km. Produktivitas lahan kebun lebih besar dikarenakan lahan kebun lebih produktif atau semua hasil produksi komoditi di jual ke pasar dan jumlah KK yang mengusahakan lahan kebun lebih banyak (23 KK). Lahan lereng gunung hanya 7 KK yang memanfaatkan lahan tersebut untuk berusahatani, meskipun jarak lahan yang jauh ke pasar tetapi harga nilai sewa lahan atau produktivitas dari kedua lahan tersebut tinggi. Jika dibandingkan dengan lahan pekarangan jarak lahan dekat ke pusat pasar tetapi produktivitasnya rendah atau nilai nya nol (0) dikarenakan produksi tidak ditujukan untuk ke pasar tetapi di konsumsi.

Kata Kunci : Pola pemanfaatan lahan, produktivitas lahan, Suku Arfak<

Elieser Kapitarau Deskripsi Kewirausahaan Sosial Berbasis Pertanian: Inovasi Sosial Dan Manfaat Sosial (Studi Kasus Pada Toko Anggi Mart) di bawah bimbingan Dr. Michael Albert, Baransano, S.P., M. Si dan Els Tieneke Rieke, S.P., M.Si., Ph.D.

Persoalan insfrasturktur pemasaran dan orientasi usahatani menjadi kendala dalam pengembangan agribisnis di Papua Barat. Kewirausahaan sosial dibutuhkan dalam pengembangan pertanian di Papua. Mempertahankan sebuah wirausaha sosial sesuai dengan visi, misi dan tujuan tidak mudah. Kehadiran Anggi Mart telah memberikan manfaat sosial bagi mitranya yakni petani produsen, pengusaha kecil, konsumen dan masyarakat luas di sekitar Keluarahan Amban. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa spirit inisiasi pendirian Anggi Mart yang tertuang di dalam visi misi dan tujuan Anggi Mart mencirikan kewirausahaan sosial. Hal ini terlihat dari inovasi sosial dan manfaat sosial yang dielaborasi untuk menjawab persoalan sosial yang terjadi di dalam pemasaran produk pertanian. Tetapi terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi untuk mempertahankan karakteristik Anggi Mart sebagai wirausaha sosial di Papua Barat baik dari sisi bisnis maupun sosial. Pada sisi bisnis kekurangan sumberdaya manusia yang professional dalam mengelola bisnis masih kurang. Hal ini berdampak pada pengembangan usaha yang lambat. Misalnya didalam struktur organisasi tidak terdapat divisi atau sub-divisi yang mengelola branding secara professional. Pada hal branding penting untuk mendukung promosi yang juga tidak dikelola dengan baik. Kekurangan SDM juga berdampak pada kurangnya fokus pada kegiatan sosial seperti pembinaan petani produsen terutama yang berada di Anggi. Pada struktur organisasi terlihat bahwa kegiatan sosial masih dikelola langsung oleh menejer. Belum tampak di dalam kegiatan sosial terutama pembinaan mitra adanya pembinaan untuk pengolahan produk primer menjadi sekunder yang dilakukan oleh Anggi Mart. Penelitian ini tidak dapat mengungkap pengelolaan keuangan pada Anggi Mart sehingga sulit untuk menilai sejauh mana pengelolaan keuangan dari kegiatan bisnis Anggi Mart kembali mendukung kegiatan sosial dalam rangka memecahkan persoalan sosial terkait pemasaran produk pertanian baik dalam bentuk primer maupun olahan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa social benefit atau manfaat sosial Anggi Mart yang dirasakan oleh konsumen ialah tersediannya pasar yang dekat dan mudah dijangkau, manfaat sosial atau social benefit Anggi Mart yang dirasakan oleh masyarakat dan mahasiswa ialah tersedianya lapangan kerja serta pasar di sekitar Amban dan lebih mudah dijangkau. manfaat sosial atau social benefit Anggi Mart yang dirasakan oleh produsen ialah tersedianya pasar yang dapat menampung hasil pertanian petani lokal namun belum sepenuhnya memberikan manfaat bagi produsen karena metode penjemputan produk belum dilaksanakan secara maksimal, sehigga petani produsen masih mengeluarkan biaya pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Anggi Mart merupakan kewirausahaan sosial yang belum sepenuhnya berinovasi sosial dan memberikan manfaat sosial bagi produsen. Meskipin Anggi Mart hadir untuk mengangkat mama papua namun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian secara langsung membuktikan bahwa Anggi Mart belum sepenuhnya berinovasi sosial dan memberikan manfaat sosial bagi mama papua terkait persoalan pemasaran produk pertanian.

LIVIA PRESCYE ASMURUF. Nilai Cabang Usahatani Keladi (Colocasia esculenta, L) Bagi Sub Suku Sough Suku Arfak Di Kampung Atibo Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni, dibimbing oleh JOSINA WAROMI dan YUNITA PALINGGI.

Hasil penelitian ini yakni bagaimana nilai cabang usahatani keladi pada masyarakat Sub Suku Sough Suku Arfak di Kampung Atibo Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni. Nilai tersebut memilki fungsi masing-masing yakni fungsi sosial, fungsi ekonomi dan fungsi budaya dalam cabang usahatani keladi yang dibudidayakan oleh mereka. Fungsi sosial cabang usahatani keladi yang berfungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu yakni budidaya tanaman keladi mempererat tali persaudaraan jika berkebun bersama, berfungsi sebagai benteng perlindungan yakni keladi dijadikan sebagai pangan pokok pengganti beras sehingga ketersediaan makanan selalu ada, dan sebagai pendorong yakni dengan membudidayakan keladi dapat mendorong masyarakat Suku Sough dalam lebih giat bekerja di lahan (kebun). Fungsi ekonomi cabang usahatani keladi yang berfungsi seabagai sumber mata pencaharian yakni budidaya keladi sebagai pekerjaan utama, sebagai pemenuhan kebutuhan pendidikan anak yakni hasil penjualan keladi dapat membantu memenuhi biaya pendidikan, sebagai sumber pendapatan yakni dengan budidaya keladi mampu menghasilkan uang dan mampu memenuhi jumlah tanggungan orang tua yakni dengan budidaya usahatani keladi dapat membantu kebutuhan keluarga. Fungsi budaya cabang usahatani keladi sebagai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sough yakni keladi diolah dan disajikan dalam pesta adat-istiadat maupun acara gerejawi.

 

LINA PUTRI ANJARWATI. Analisis Akses dan Kontrol Rumahtangga Petani dalam Diversifikasi Tanaman Pangan Pokok di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi Kabupaten Manokwari, dibimbing oleh ELS TIENEKE RIEKE KATMO dan AGATA W. WIDATI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan akses dan kontrol laki-laki dan perempuan pada petani OAP dan Non OAP dalam kegiatan produktif. Ditemukan bahwa di Kampung Prafi Mulya tidak terdapat penganekaragaman tanaman pangan pokok yang dilakukan oleh etnis Jawa (transmigran), hal ini karena petani transmigran mengusahakan komoditi padi secara monokultur, sedangkan pada petani lokal (OAP) menanam ubi kayu dan ubi jalar secara polikultur sehingga menunjukkan adanya diversifikasi yang dilakukan oleh petani OAP. Faktor yang terkait dengan akses dan kontrol dalam diversifikasi antara lain adalah norma-norma masyarakat, kondisi ekonomi, program-program pembangunan, dan sistem budaya.

Kata kunci: Diversifikasi, etnis, gender, petani, tanaman pangan pokok

ELISA RONSUMBRE, Profil Usaha Minyak Kelapa (Coconut Oil) di
Distirik Amberbaken Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat.

 

Faktor-faktor produksi yang dimanfaatkan adalah jumlah dan luas lahan (ha) yang dimiliki petani kelapa, tenaga kerja dalam keluarga yang dihitung berdasarkan HOK dan modal yang berupa peralatan dan bahan-bahan produksi yang dihitung berdasarkan biaya tetap dan biaya variable yang dikeluarkan selama satu tahun. Jumlah produksi minyak kelap terdapat pada dua ketegori yaitu kategori sedang dan tinggi. Pada ketegori sedang memiliki jumlah produksi sebesar 360-432 (liter/tahun) sedangkan, pada kategori tinggi memiliki jumlah produksi sebesar 432 (liter/tahun). Hal ini dapat membuktikan bahwa persentase dari jumlah produksi (liter/tahun) di keempat kampung tersebut memiliki jumlah produksi yang tinggi. Jumlah produktivitas di keempat kampung tersebut hanya berada pada ketegori rendah yaitu 1.40-3.40 liter/tahun dengan jumlah jiwa sebanyak 30 responden. Hal ini dapat membuktikan bahwa produktivitas di keempat kampung tersebut 100% rendah. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi minyak kelapa memiliki keuntungan yang besar. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh. Meskipun demikian, masih ada kendala-kendala yang dihadapi pelaku usaha minyak kelapa berupa sistem budidaya yang kurang baik, sistem pengelolaan keuangan yang kurang efektif dan efisien, dan terbatasnya pasar untuk menjual minyak kelapa serta kurang adanya dukungan pemerintah daerah.

Faktor-faktor produksi yang dimanfaatkan adalah jumlah dan luas lahan (ha) yang dimiliki petani kelapa, tenaga kerja dalam keluarga yang dihitung berdasarkan HOK dan modal yang berupa peralatan dan bahan-bahan produksi yang dihitung berdasarkan biaya tetap dan biaya variable yang dikeluarkan selama satu tahun. Jumlah produksi minyak kelap terdapat pada dua ketegori yaitu kategori sedang dan tinggi. Pada ketegori sedang memiliki jumlah produksi sebesar 360-432 (liter/tahun) sedangkan, pada kategori tinggi memiliki jumlah produksi sebesar 432 (liter/tahun). Hal ini dapat membuktikan bahwa persentase dari jumlah produksi (liter/tahun) di keempat kampung tersebut memiliki jumlah produksi yang tinggi. Jumlah produktivitas di keempat kampung tersebut hanya berada pada ketegori rendah yaitu 1.40-3.40 liter/tahun dengan jumlah jiwa sebanyak 30 responden. Hal ini dapat membuktikan bahwa produktivitas di keempat kampung tersebut 100% rendah. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi minyak kelapa memiliki keuntungan yang besar. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh. Meskipun demikian, masih ada kendala-kendala yang dihadapi pelaku usaha minyak kelapa berupa sistem budidaya yang kurang baik, sistem pengelolaan keuangan yang kurang efektif dan efisien, dan terbatasnya pasar untuk menjual minyak kelapa serta kurang adanya dukungan pemerintah daerah.

 

YOSUA YASON WOSPAKRIK. Analisis kelayakan usahatani kakao milik kelompok petani lokal di Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi papua Barat, dibimbing oleh AMESTINA MATUALAGE dan HANS MAMBOAI

Hasil analisis menyimpulkan bahwa usahatani kakao milik kelompok petani lokal di Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan layak untuk dijalankan baik dari aspek non finansial maupun aspek finansial, dimana berdasarkan kriteria penilaian investasi terhadap usahatani kakao milik kelompok petani lokal menunjukan telah memenuhi syarat kelayakan.

Aspek non finansial yang dianalisis yaitu aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen, sendangkan aspek finansial menujukan  bahwa Net Present Value (NPV) kelompok petani lokal di Distrik Ransiki berada pada kisaran 176.835.932-211.152.012. nilai Internal Rate Of Renturn (IRR) berkisar 993-1722% dengan tingkat rata-rata nilai Payback Period (PP)  pada  ushatani kakao milik kelompok petani lokal di Distrik Ransiki  selama 1 tahun  mulai dari tahun pertama usahatani kakao hingga modal investasi kembali. Profitability index masing-masing kelompok petani lokal di Distrik Ransiki disimpulkan layak, dengan nilai profitability index kelompok petani lokal >1 dimana nilai PI berkisar 423,07-1043,47

Kata kunci : Analisis kelayakan,Usahatani kakao,Kelompok  Petani lokal

MEYGA PUTRI NOFIANINGSIH. Analisis Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai (Pajale) di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan, dibimbing oleh MEKY SAGRIM dan DARMAWANTO URIA

 

Tanaman pangan merupakan salah satu bagian penting dari sektor pertanian. Komoditi pangan yang menjadi bahan pokok pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat adalah padi (beras), selain itu komoditi lainnya ada jagung dan kedelai. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, menjadi pemicu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia (Badan Ketahanan Pangan 2021). Selain beras, tanaman pangan berupa jagung dan kedelai (pajale) juga tidak kalah penting. Jagung adalah tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia selain gandum dan padi. Jagung dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jenis zea ini bisa dijadikan bahan makanan pokok pengganti nasi dan berbagai macam makanan olahan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi dan produktivitas pajale di Distrik Oransbari dalam satu tahun terakhir, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan produktivitas pajale.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat diketahui jumlah produksi dan produktivitas pajale, dan faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan produktivitas pajale di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan.

Kata kunci: pajale, produksi dan produktivitas, usahatani.

GERSON SIPAPA. Strategi Pengembangan Usahatani Kelapa (Cocos Nucifera) Studi Kasus di Kampung Wau Distrik Abun Kabupaten Tambrauw

Hasil identifikasi kegiatan usahatani di Kampung Wau terlihat bahwa aktifitas usahatani pada subsistem produksi, pengolahan dan pemasaran dilakukan di Kampung, sedangkan kegiatan penyediaan sarana produksi untuk penyediaan bibit dilakukan di kampung Wau dan pengadaan saprodi lainnya dibeli  di Sausapor dan Kota Sorong. Jika dilihat dari penggolongan berdasarkan skala usaha maka usahatani kelapa di Kampung Wau tergolong dalam usaha Mikro. Selanjuntnya hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kondisi internal cukup kuat dan ekternal cukup tinggi yang dapat digambarkan dengan  total skor  matriks IFE dan EFE . Total skor matriks IFE yaitu 2,77 dan total skor matriks EFE sebesar 2,96. Matriks IE disusun dengan cara memplotkan total bobot skor rata-rata matiks IFE berada pada sumbu x dan EFE berada pada sumbu y.

Strategi pengembangan usahatani kelapa yang dapat diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan analisis yang diperoleh dari analisis IE dan SWOT adalah Startegi alternatif (S-O) adalah Meningkatkan produksi, kualitas produk mulai dari pengolahan hingga penanganan pasca panen, melakukan peremajaan dan memperluas lahan. Strategi alternatif (W-O) adalah Memperkuat modal dengan meningkatkan kerjasama dengan pihak atau perusahaan swasta maupun dengan pemerintah setempat, Meningkatkan kemampuan teknis budidaya, keterampilan, mengikuti pelatihan dan  mengadopsi hal-hal yang baru dan Mengoptimalkan frekuensi pemasaran dan industri produk dengan meningkatkan atau mengubah pola panen demi meningkatkan frekuensi pemasaran. Strategi alternatif (S-T) adalah Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar mampu bersaing, Melakukan kerja sama dengan intansi-intansi terkai (dinas pertanian, koperasi dll) guna mendapatkan informasi pasar yang valid. Strategi alternatif (W-T) adalah Melakukan peninjauan pasar untuk mengamatai perkembangan pemasaran produk, harga dan tingkat kompetitor, Mengoptimalkan peran lembaga pendukung pertanian agar dapat melakuakan pelaksanaan kegiatan usahatani terhadap perkebunan khususnya tanaman kelapa.

OPTIMALISASI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI DI KAMPUNG BUMI RAYA DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE, dibimbing oleh Ludia T. Wambrauw, S.P., M. Agribuss., Ph.D dan Ir. Kunto Wibowo, M.P

 

Hasil analisis dengan bantuan SPSS 25 diperoleh persamaan regresi linear berganda adalah Ln Y = Ln 3,405 + 0,174 Ln X1 – 0,305 Ln X2 + 0,068 Ln X3 + 0,188 Ln X4 +0,229 Ln X5 + 0,588 Ln X6 Berdasarkan hasil regresi linear berganda uji simultan (uji F) diperoleh bahwa keseluruhan variabel independen X yang diduga, secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi sawah. Sedangkan uji parsial atau uji t menunjukkan setiap variabel yaitu Lahan, Tenaga Kerja, Modal, Bibit, Pupuk dan Pestisida berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat optimasi menggunakan rumus tingkat Optimasi = NPMxi/Pxi, jika nlai NPMxi/Pxi > 1 maka penggunaan input berlebihan dan perlu dikurangi, NPMxi < 1 maka input kurang dan perlu ditambah, NPMxi = 1 maka penggunaan input optimal. Hasil penelitian hitungan tingkat optimasi menunjukkan penggunaan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, bibit, pupuk dan pestiida ntuk nilai bahwa NPMxi < 1 maka dapat dikatakan bahwa penggunaan faktor produksi masih kurang sehingga perlu ditambahkan untuk mencapai tingkat optimal.

Kata Kunci : Faktor Produksi, Optimasi, Produksi Padi

OPTIMALISASI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI DI KAMPUNG BUMI RAYA DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE, dibimbing oleh Ludia T. Wambrauw, S.P., M. Agribuss., Ph.D dan Ir. Kunto Wibowo, M.P

 

Hasil analisis dengan bantuan SPSS 25 diperoleh persamaan regresi linear berganda adalah Ln Y = Ln 3,405 + 0,174 Ln X1 – 0,305 Ln X2 + 0,068 Ln X3 + 0,188 Ln X4 +0,229 Ln X5 + 0,588 Ln X6 Berdasarkan hasil regresi linear berganda uji simultan (uji F) diperoleh bahwa keseluruhan variabel independen X yang diduga, secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi sawah. Sedangkan uji parsial atau uji t menunjukkan setiap variabel yaitu Lahan, Tenaga Kerja, Modal, Bibit, Pupuk dan Pestisida berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat optimasi menggunakan rumus tingkat Optimasi = NPMxi/Pxi, jika nlai NPMxi/Pxi > 1 maka penggunaan input berlebihan dan perlu dikurangi, NPMxi < 1 maka input kurang dan perlu ditambah, NPMxi = 1 maka penggunaan input optimal. Hasil penelitian hitungan tingkat optimasi menunjukkan penggunaan faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, bibit, pupuk dan pestiida ntuk nilai bahwa NPMxi < 1 maka dapat dikatakan bahwa penggunaan faktor produksi masih kurang sehingga perlu ditambahkan untuk mencapai tingkat optimal.

Kata Kunci : Faktor Produksi, Optimasi, Produksi Padi

Yasril Reza Killian.Analisis Pendapatan Usaha Kopra Di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. di bawah bimbingan Saut M.Simanungkalit,S.E.,MM dan Yustina L.D.Wambrauw,S.P.,MGF

Hasil analisis tabulasi menunjukan bahwa rata-rata pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare sebesar Rp. 2.308.032,24 per bulan dan pendapatan per tahun sebesar Rp. 27.696.386,90. Analisis regresi linear berganda untuk memperoleh hasil mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra (Y) dengan variabel (X) seperti umur petni, tingkat pendidikan,pengalaman pengolahan kopra,luas lahan kelapa,tenaga kerja,biaya produksi,dan produksi kopra. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukan uji secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Usaha Kopra(Y)  dan secara parsial menunjukan uji t menunjukan uji secara sendiri-sendiri variabel yang berpengaruh signifikan adalah biaya peroduksi (X6),dan produksi kopra (X7).Simpulan-simpulan dari penilitian pendapatan usha kopra adalah (1) Rata-rata pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambaruw  sebesar Rp. 2.308.032,24 per bulan dan pendapatan per tahun sebesar Rp. 27.696.386,90 (2) Faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw, dari hasil analsis regresi linear berganda,dengan persamaan regresi  dari hubungan variabel Umur Petani(X1), Tingkat Pendidikan (X2), Pengalaman (X3), Luas Lahan (X4), Tenaga Kerja (X5), Biaya Produksi (X6), Produksi Kopra (X7), secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan kopra  (Y).Di uji secara uji secara parsial menunjukan variabel Modal (X6), dan variabel produksi Kopra (X7) tandanya berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usaha kopra (Y). Saran dalam penilian ini (1) Untuk Pemerintah Daerah  setetempat: Dengan adanya hasil penilitian ini pemerintah setempat dapat memberikan kebijakan pembangunan khusunya di sektor pertanian agar masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dapat bisa teratasi kusunya bagi petani pengolah kopra. (2) Untuk Petani:Perlu adanya peningkatan produksi kelapa segingga pendapatan petani dapat meningkat. (3) Untuk Peniliti: Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menganalisis variabel-variabel lain yang diduga berpengaru terhadap pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare yang tidak diteliti dalam penilitian ini

Kata Kunci:Pendapatan Usaha Kopra Di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw

Yasril Reza Killian.Analisis Pendapatan Usaha Kopra Di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. di bawah bimbingan Saut M.Simanungkalit,S.E.,MM dan Yustina L.D.Wambrauw,S.P.,MGF

Hasil analisis tabulasi menunjukan bahwa rata-rata pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare sebesar Rp. 2.308.032,24 per bulan dan pendapatan per tahun sebesar Rp. 27.696.386,90. Analisis regresi linear berganda untuk memperoleh hasil mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra (Y) dengan variabel (X) seperti umur petni, tingkat pendidikan,pengalaman pengolahan kopra,luas lahan kelapa,tenaga kerja,biaya produksi,dan produksi kopra. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukan uji secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Usaha Kopra(Y)  dan secara parsial menunjukan uji t menunjukan uji secara sendiri-sendiri variabel yang berpengaruh signifikan adalah biaya peroduksi (X6),dan produksi kopra (X7).Simpulan-simpulan dari penilitian pendapatan usha kopra adalah (1) Rata-rata pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambaruw  sebesar Rp. 2.308.032,24 per bulan dan pendapatan per tahun sebesar Rp. 27.696.386,90 (2) Faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw, dari hasil analsis regresi linear berganda,dengan persamaan regresi  dari hubungan variabel Umur Petani(X1), Tingkat Pendidikan (X2), Pengalaman (X3), Luas Lahan (X4), Tenaga Kerja (X5), Biaya Produksi (X6), Produksi Kopra (X7), secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan kopra  (Y).Di uji secara uji secara parsial menunjukan variabel Modal (X6), dan variabel produksi Kopra (X7) tandanya berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usaha kopra (Y). Saran dalam penilian ini (1) Untuk Pemerintah Daerah  setetempat: Dengan adanya hasil penilitian ini pemerintah setempat dapat memberikan kebijakan pembangunan khusunya di sektor pertanian agar masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dapat bisa teratasi kusunya bagi petani pengolah kopra. (2) Untuk Petani:Perlu adanya peningkatan produksi kelapa segingga pendapatan petani dapat meningkat. (3) Untuk Peniliti: Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menganalisis variabel-variabel lain yang diduga berpengaru terhadap pendapatan usaha kopra di Kampung Hopmare yang tidak diteliti dalam penilitian ini

Kata Kunci:Pendapatan Usaha Kopra Di Kampung Hopmare Distrik Kwor Kabupaten Tambrauw

KORNELES MORIN. Analisis Efisiensi Usahatani Pisang (Musa sp) Di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Dibimbing Oleh Bapak Dr. Ir. Ihwan Tjolli, MP dan Bapak Hans Mamboai, SP., MA

 

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur dan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan dari tanggal 27 Oktober sampai dengan 25 November 2021. Subyek dalam penelitian ini adalah petani di Kampung Bakaro yang mengusahakan tanaman pisang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif. Analisis yang digunakan adalah analisis perhitungan pendapatan, penerimaan, dan biaya. Efisiensi usahatani pisang di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur dengan menggunakan R/C rasio adalah 3,13 untuk pisang raja dan 2,85 untuk pisang kepuk. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani pisang raja dan pisang kepuk oleh petani di Kampung Bakaro berdasarkan analisis R/C rasio yaitu Efisien atau layak untuk dijalakan oleh petani di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur. Masalah dan kendala yang dihadapi petani di Kampung Bakaro adalah tidak tersedianya pupuk, pestisida, serangan hama babi hutan dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bagaimana cara berusahatani yang baik dan benar dari pemerintah dan dinas terkait. Permasalahan diluar proses produksi yang dihadapi oleh petani adalah sulitnya melakukan pemasaran dikarenakan jarak antara tempat tinggal petani dan pasar cukup jauh. Sealain itu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut dan mengantar petani ke pasar sangatlah susah.

Kata Kunci : Analisis, Usahatani, Efisiensi

KORNELES MORIN. Analisis Efisiensi Usahatani Pisang (Musa sp) Di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Dibimbing Oleh Bapak Dr. Ir. Ihwan Tjolli, MP dan Bapak Hans Mamboai, SP., MA

 

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur dan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan dari tanggal 27 Oktober sampai dengan 25 November 2021. Subyek dalam penelitian ini adalah petani di Kampung Bakaro yang mengusahakan tanaman pisang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif. Analisis yang digunakan adalah analisis perhitungan pendapatan, penerimaan, dan biaya. Efisiensi usahatani pisang di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur dengan menggunakan R/C rasio adalah 3,13 untuk pisang raja dan 2,85 untuk pisang kepuk. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani pisang raja dan pisang kepuk oleh petani di Kampung Bakaro berdasarkan analisis R/C rasio yaitu Efisien atau layak untuk dijalakan oleh petani di Kampung Bakaro Distrik Manokwari Timur. Masalah dan kendala yang dihadapi petani di Kampung Bakaro adalah tidak tersedianya pupuk, pestisida, serangan hama babi hutan dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bagaimana cara berusahatani yang baik dan benar dari pemerintah dan dinas terkait. Permasalahan diluar proses produksi yang dihadapi oleh petani adalah sulitnya melakukan pemasaran dikarenakan jarak antara tempat tinggal petani dan pasar cukup jauh. Sealain itu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut dan mengantar petani ke pasar sangatlah susah.

Kata Kunci : Analisis, Usahatani, Efisiensi

TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI KACANG TANAH (Arachis Hypogea.L) DI KAMPUNG SUSUMUK DISTRIK AIFAT KABUPATEN MAYBRAT dibimbing oleh Dr. Ir. Umi Yuminarti, MP dan Dr. Ir. Agus Sumule.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa  ternyata tingkat pemenuhan kebutuhan hidup petani dalam budidaya tanaman kacang tanah yaitu kebutuhan fisiologis, dibagi menjadi tiga bagian pangan, sandang dan papan dapat memberikan prestasi yang lebih baik

 Kata Kunci : Pemenuhan Kebutuhan Hidu,  Petani, Kacang Tanah Kampung Susumuk.

ISTIQOMAH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Ladang Di Kampung Guintuy Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari di bawah bimbingan Dr. Ir Umi Yuminarti, MP dan Darmawanto Uria, SP. M.Si.

Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi ladang di Kampung Guintuy secara simultan yaitu berupa variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, modal dan tenaga kerja. Secara parsial variabel yang umur, luas lahanan modal berpengaruh signifikan terhadap produksi padi ladang di Kampung Guintuy. Kesimpulan karakteristik petani di Kampung Guintuy rata-rata umur petani berada pada usia produkti 15-55 sebesar 88%, tingkat pendidikan petani rata-rata hanya sampai Sekolah Dasar 58%, rata-rata petani memiliki pengalaman berusahatani >30 tahun, rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sebanyak 4-6 orang. Secara simultan umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi ladang di Kampung Guituy. Secara parsial variabel umur, luas lahan dan modal berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Saran 1) petani diharapkan mampu meningkatkan luas lahan agar produksi dapat ditingkatkan. 2) petani diharapkan memperhatikan penggunaan faktor-faktor produksi dengan baik sesuai dengan anjuran Badan penyluh pertanian (BPP) 3) petani diharapkan meningkatkan penggunaan modal benih yang bermutu agar dapat meningkatkan produksi.4) petani diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan dari penyuluh agar dapat lebih trampil dan menambah pengetahuan serta dapat menggunakan faktor produksi dengan baik.

Kata Kunci: - faktor produksi, karakteristik petani

RUSLI MOMOT. Profil Kemandirian Petani Dalam Mengusahakan Komoditas Sagu Di Kampung Yahadian Distrik Kais Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua Barat, dibawah bimbingan DR. IR. YOLANDA HOLLE, M.Si dan MARIA I ARIM, SP, MSc

 

Hasil penelitian ini adalah, (1) Pengusahaan komoditi sagu yang dilakukan oleh petani di Kampung Yahadian pada tahap budidaya dimulai dari penyiapan lahan, penyiapan bibit, melakukan penanaman, mengendalikan gulma dan mengendalikan hama penyakit taaman(HPT) dan pemanenan sedangkan pasca panen dilakukan mulai dari penokokan, pemerasan empelur dan pengamasan yang diusahakan secara tradisional berdasarkan pengalaman hidupnya dalam mengusahakan komoditi sagu. (2) Faktor internal yaitu pendidikan formal, pelatihan, pengalaman, belum memberi dampak baik untuk kemandirian petani sagu. Selanjutnya Faktor Eksternal seperti adanya kelompok tani, bantuan pemerintah (akses ke lembaga keuangan, peralatan dan mesin), ketersediaan sarana prasarana (jalan, jembatan, angkutan, gudang penyimpanan dan ketersediaan informasi) umumnya tidak tersedia di kampung dan belum dapat menunjang usaha sagu yang dikembangkan petani sagu di Kampung Yahadian.

BENYAMIN WEMPI KOROMPIS. Analisis Spasial Pengaruh Luas Daerah Jelajah Terhadap Pendapatan Pedagang Sayuran Keliling (Pedler) Di Kabupaten Manokwari (Studi Kasus Distrik Manokwari Barat Dan Distrik Manokwari Timur) dibimbing oleh Dr. MICHAEL A. BARANSANO, SP., M.Si dan JOSINA WAROMI, SP., M.SE.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pedagang sayur keliling di Kabupaten Manokwari yakni Distrik Manokwari Timurdan Distrik Manokwari Barat memiliki luas jelajah terjauh atau tertinggi yakni 16,5 km per hari dimana lokasi atau tempat-tempat berjualan yang dikunjungi dari pagi hari hingga siang hari ialah daerah distrik Manokwari Mimur seperti dataran pasir putih sampai arowi 1 dan arowi 2 kemudian sore hari sampai malam hari berjualan atau berdagang di manokwari Barat dengan lokasi-lokasi dagang suapen, reremi kpr dan reremi puncak dan luas jelajah minimun yakni 6,1 km per hari yang ditempuh pedagang sayur keliling dengan lokasi yang dikunjungi untuk berjualan adalah sanggeng daerah pom bensin, fanindi dan amban. Sedangkan untuk rata-rata luas jelajah yang ditempuh pedagang sayur keliling distrik manokwari Barat adalah 14 km per hari dan rata-rata luas jelajah yang di tempuh pedagang sayur keliling manokwari Timuryakni 12,6 km per hari. Selain itu terdapat fakta bahwa pedagang sayur keliling yang wilayah dagangnya tidak hanya di daerah manokwari Barat saja melainkan ada pedagang yang melalukan lintas wilayah dagang yakni dari Manokwari Barat ke Manokwari Timurdan sebaliknya namun pada wilayah Manokwari Timuruntuk kegiatan berjualan malam tidak dilakukan.

berdasarkan hasil uji mann whitney yang dilakukan menunjukan bahwa perolehan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yakni 0,603 dimana 0,603 > 0,05, artinya Ho diterima. Maka kesimpulannya tidak ada perbedaan pendapatan yang cukup signifikan antara pedagang sayur keliling wilayah Manokwari Barat dan wilayah Manokwari Timur.

Kata kunci:Jankauan Laus Jelajah, Pendapatan, Pedagang Sayur Keliling.

CANTIKA NURTIARA PUTRI, Dinamika Kelompok Tani Sayro Dalam Berusaha Tani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Di Kampung Sayro Distrik Manokwari Utara, dibimbing oleh DR. AMESTINA MATUALAGE, S.P., M.SC, DR. AGATHA W. WIDATI, S.P., M.SC.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dinamika kelompok tani di Kampung Sayro tergolong Kurang Dinamis. Hal ini disebabkan karena beberapa unsur masih tergolong kurang dinamis yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan dalam kelompok, efektifitas kelompok, sementara unsur dinamika yang tergolong dinamis adalah maksud tersembunyi. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi di kelompok tani dan kerjasama anggota dalam mencapai tujuan kelompok kurang terjalin sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok kurang tercapai. Faktor yang berhubungan dengan dinamika kelompok tani di Kampung Sayro Distrik Manokwari Utara adalah faktor eksternal yaitu intensitas penyuluhan dengan besarnya nilai signifikansi sebesar 0,034 dan koefisien korelasi sebesar 0,354 yang berarti, kurang dinamisnya dinamika kelompok disebabkan karena rendahnya intensitas penyuluhan dengan keeratan hubungan yang tergolong cukup.

Kata Kunci : Dinamika Kelompok tani, Faktor Internal, Faktor Eksternal

ARIEF DWI KURNIAWAN. Tingkat Adopsi Teknologi Mekanisasi Pertanian Padi Sawah Pada Petani di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat di bawah bimbingan Dr. Ir Umi Yuminarti, MP dan Dr. Ir Ihwan Tjolli, MP

Hasil penelitian ini yaitu rata-rata tingkat adopsi teknologi mekanisasi pertanian pada petani padi sawah di Kampung Prafi Mulya berada pada kategori rendah, sedangkan hasil korelasi Rans Spearman (rs) interprestasi koefisien korelasi dari D.A De Vaus hanya variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh sangat nyata, luas lahan berpengaruh nyata, penerimaan bersifat searah terhadap tingkat adopsi teknologi mekanisasi padi sawah.

Kata Kunci : Tingkat Adopsi, Teknologi, Mekanisasi Pertanian, Padi Sawah, Kampung Prafi Mulya

WILLIAM KAUNANG, Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 7P Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Di Usaha Kafe Wilchof Kabupten Manokwari Provinsi Papua Barat), dibimbing oleh AGUSTINA S. MORI MUZENDI, SP., M.Si dan ARDHA PUSPITA SARI, SP., M.Si

Dari uraian hasil penelitian tentang pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) 7P terhadap kepuasan pelanggan (studi kasus di Kafe Wilchof Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat) maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang berkunjung di Kafe Wilchof didominasi oleh laki-laki (73%) dengan usia 21-30 tahun (94%) karena laki-laki cenderung lebih menyukai kopi di banding perempuan. Jenis pekerjaan konsumen terbanyak adalah pelajar/mahasiswa dengan presentase (40%) dan juga wiraswasta dengan presentase (29%), karena kebanyakan yang berkunjung di Kafe Wilchof rata-rata berusia 21-30 yang masih dalam umur yang produktif. Pengeluaran perbulan didominasi pada rentang Rp 500-000-Rp 1.000.000. Frekuensi kunjungan didominasi < 3 kali dengan presentase (53%). Alasan utama konsumen berkunjung ke Kafe Wilchof didominasi oleh cita rasa produk kopi, minuman lain dan cemilan yang enak memiliki presentase (75%), karena Kafe WIlchof selalu menggunakan bahan baku kopi, dan bahan baku lainnya yang selalu dalam keadaan segar dengan kualitas yang baik. Jenis produk yang paling disukai konsumen didominasi oleh kopi susu dengan presentase (46%), yang paling banyak dipesan oleh laki-laki. Tingkat kepuasan konsumen sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari skor rata-rata pada bauran pemasaran yang di tawarkan oleh Kafe Wilchof yang mayoritas sudah berada pada indikator yang sangat baik. Skor rata-rata terbesar berada pada bauran pemasaran produk dan bukti fisik. Untuk produk yaitu citarasa dengan skor 4,31 dan penyajian dengan skor 4,36 yang berada pada kategori sangat baik. Bukti fisik yaitu interior menarik dengan skor 4,51 dan toilet bersih dengab skor 4,31 yang berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS diperoleh hasil antara bauran pemasaran 7P dengan kepuasan konsumen. Bauran pemasaran 7P yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen pada Kafe Wilchof yaitu bukti fisik (0,760) berada pada hubungan yang kuat, produk (0,672) berada pada hubungan yang kuat, orang (0,654) berada pada hubungan yang kuat, proses (0,525) berada pada hubungan yang sedang, promosi (0,467) berada pada hubungan yang sedang, tempat (0,370) berada pada hubungan yang rendah dan harga (-0,070) berada pada hubungan yang sangat rendah. Hampir semua variabel bauran pemasaran memiliki arah yang positif kecuali harga, karena semua konsumen yang berkunjung di Kafe Wilchof tidak melihat dari segi harganya maupun murah, mahal dan sangat mahal mereka akan tetap membeli produk tersebut, hal ini disebabkan karena semua bauran bauran pemasaran yang lakukan di Kafe Wilchof sudah sangat membuat para konsumen puas yaitu mulai dari produk, tempat, promosi, orang/karyawan, proses dan bukti fisik sudah sangat baik dan membuat konsumen nyaman.

Kata Kunci : Karakteristik Konsumen, Tingkat Kepuaasan, Bauran Pemasaran (Markeing Mix) 7P

ERLYN MONICA MAMBOR, Analisis Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Petani Lokal Di Kampung Gueintuy Distrik Warmare Kabupaten Manokwari (Studi Kasus Pada Rumah Tangga Petani Suku Besar Arfak), dibimbing oleh AGUSTINA S. MORI MUZENDI, SP., M.Si dan YUSTINA L. D. WAMBRAUW, SP., MGF. Agribuss

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik sosial, rata-rata responden petani di Kampung Gueintuy berada pada umur produktif dengan jenis kelamin laki-laki dan seluruh responden petani memeluk agama Kristen Protestan. Rata-rata suku responden petani di Kampung Gueintuy adalah Suku Hatam, pendidikan terakhir di perguruan tinggi sedangkan berdasarkan karakteristik ekonomi, responden petani memiliki jumlah tanggungan lebih dari 5 jiwa dengan mata pencaharian utama berupa petani dan mata pencaharian sampingan berupa wiraswasta yakni pedagang noken dan pedagang minuman kemasan. Berdasarkan karakteristik usahataninya, rata-rata responden petani di Kampung Gueintuy memiliki lama usahatani lebih dari 10 tahun, luas lahan 1 Ha dengan status kepemilikkan lahan berupa hak milik. Tenaga kerjanya bersifat non upah yang berasal dari dalam dan luar keluarga, setiap responden petani mengusahakan padi ladang sebagai komoditas utama dengan derajat komersialisasi bersifat komersil. Rata-rata penerimaan usahatani responden petani sebesar Rp28.565.440/tahun. Rata-rata penerimaan non usahatani responden petani sebesar Rp9.408.000/tahun dan rata-rata penerimaan rumah tangganya sebesar Rp37.973.440/tahun. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum responden petani di Kampung Gueintuy menggunakan sembako sebagai acuan dimana pengeluaran responden sebesar Rp13.528.555/tahun. 64% responden petani tingkat kebutuhan pokok minimumnya >200% berdasarkan penerimaan usahatani dan 100% responden petani tingkat kebutuhan pokok minimumnya >200% berdasarkan penerimaan rumah tangga sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat tergolong tidak miskin jika dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum terhadap sembilan bahan pokoknya berdasarkan penerimaan usahataninya.

Kata Kunci : Kebutuhan Pokok, Karakteristik Sosial-Ekonomi, Karakteristik Usahatani

ZADRAK MALING. Klasifikasi Usahatani Sayuran (Studi Kasus Petani Lokal Suku Arfak) Di Kampung Warbiadi Distrik Oransbari Kabupaten Manokawari Selatan Provinsi Papua Barat, dibimbing oleh Dr.Ir. Umi Yuminarti, MP dan Deasi Mayawati,SP.,M.Si.

 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut: (1). Jenis cabang usahatani sayuran yang dominan dikelola oleh petani di Kampung Warbiadi antara lain cabang usahatani kacang panjang, buncis, tomat, bayam, kangkung dan sawi. (2). Klasifikasi usahatani sayuran di Kampung Warbiadi antara lain:

- Berdasarkan bentuknya, usahatani sayuran di Kampung Warbiadi adalah usahatani perorangan.
- Berdasarkan coraknya, usahatani sayuran di Kampung Warbiadi adalah usahatani komersial.
- Berdasarkan polanya, usahatani sayuran di Kampung Warbiadi adalah usahatani dengan pola tanam tidak khusus.
- Berdasarkan tipenya, usahatani sayuran di Kampung Warbiadi adalah usahatani lahan kering.

Beberapa saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah : (1). Perlu ada pendampingan dari instansi teknis maupun pihak terkait untuk meningkatkan produksi usahatani sayuran, berupa bimbingan teknis, penyediaan saprotan maupun pemasaran hasil. (2). Informasi awal mengenai jenis cabang usahatani serta klasifikasi usahatani sayuran di Kampung Warbiadi ini, diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pihak terkait terutama Dinas Pertanian setempat untuk menetapkan program-program yang dapat mengembangkan usahatani sayur-sayuran di kampung tersebut.

Kata Kunci : Bentuk Usahatani, Corak Usahatani, Klasifikasi Usahatani, Pola Usahatani , Tipe Usahatani.

MUHAMAD HAMDANI. Strategi Pengembangan Usaha Keripik Di Kabupaten Manokwari, dibimbing oleh DIANA N. IRBAYANTI dan ARDHA PUSPITA SARI

Hasil penelitian ini dilihat dari kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh usaha keripik digambarkan dengan nilai total skor pada matriks IFE dan EFE. Hasil evaluasi matriks IFE menunjukkan nilai 2.45 yang menggambarkan kondisi internal usaha keripik dalam hal ini kekuatan yang dimiliki oleh pelaku usaha cukup kuat. Sedangkan hasil evaluasi matriks EFE menunjukkan nilai 2.50 yang menggambarkan kondisi eksternal usaha keripik, dalam hal ini peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha keripik cukup kuat. Strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha keripik yaitu Strength Opportunity (SO) Memperluas Jaringan Komunikasi dan Menentukan Lokasi yang Strategis dan Menggunakan teknologi sebagai cara untuk meningkatkan mutu produk. Weakness Opportunity (WO) Mengoptimalkan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja utama karena kurangnya peralatan teknologi yang digunakan.dan Memproduksi keripik sesuai jumlah target pasar (konsumen) untuk menjaga kualitas produk. Strength Threat (ST) Menjual lebih dari satu jenis produk untuk mengantisipasi rasa bosan pada konsumen. Weakness Threat (WT) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajerial usaha.

NOMENSEN SOLISSA. Interaksi Sosial Antara Masyarakat Petani Papua Dan Petani Non-Papua Di Kampung Bowi Subur Distri Masni Kabupaten Manokwari, dibimbing oleh Dr.Ir. Agus I. Sumule dan Martua Hutabarat, SP.,M. Dev. Pract (Adv).

Hasil dan pembahasan kerjasama terdiri dari kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong, bargaining, kooptasi, koalisi, dan join venture, dari kelima bentuk kerjasama diatas semua terjadi. Dalam hal akomodasi, terjadinya perselisihan antara masyarakat OAP dan non-OAP disebabkan karena ternak, namun dapat diselesaikan secara kekeluargaan dengan melibatkan kepala suku dan kepala kampung untuk mendamaikan pihak-pihak yang berselisih. Asimilasi dalam penelitian ini adalah adanya perkawinan antar masyarakat OAP dan non-OAP namun tidak membentuk budaya baru. Akulturasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kelompok seni Yospan dan Tumbuh Tanah oleh masyarakat OAP sedangkan non-OAP ialah kelompok seni Kuda Lumping kemudian mereka saling berbaur, namun pada interaksi tersebut tidak membentuk kebudayaan baru. Interaksi sosial antara masyarakat petani OAP dan bukan OAP di kampung Bowi Subur, dikategorikan „kuat‟. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi di Kampung Bowi Subur adalah gotong royong “sangat kuat” dengan total skor 148. Pengadaan saprodi “sangat kuat” di Kampung Bowi Subur dengan total skor 133. Kelompok seni “kuat” dengan total skor 120 namun tidak membentuk budaya baru. Peran kepala kampung “sangat kuat” dengan total skor 133. Perkawinan antar budaya “sangat kuat” dengan total skor 131. Kelompok tani “cukup lemah” dengan total skor 93. Program pemberdayaan masyarakat “kuat” dengan total skor 123. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial asosiatif yang terjadi melalui kontak sosial dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam kategori “kuat” dengan total skor 881 yang diperoleh dari jumlah total skor dari ketujuh variabel.

ASDAN KADIR. Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Teluk Wondama dibimbing oleh JOSINA WAROMI, SP., M.SE dan Elsa A. Br. S. Meliala, SP.,M.Si.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor unggulan dengan nilai LQ tertinggi di karenakan . Sebagai sektor unggulan memberikan dampak positif yaitu bisa mengekspor produknya ke luar kabupaten dan bisa memberikan pengaruh pada sektor-sektor lain. Namun kenyataan menunjukkan bahwa khusus sub sektor pertanian belum ada kegiatan ekspor.

Sektor yang memiliki nilai Location Quantion LQ<1 atau yang merupakan sektor non unggulan ada 11sektor yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor transportasi dan pergudangan. Sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, sektor jasa Lainnya, sektor jasa perusahaan,sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang,sektor informasi dan komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian.

ASDAN KADIR. Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Teluk Wondama dibimbing oleh JOSINA WAROMI, SP., M.SE dan Elsa A. Br. S. Meliala, SP.,M.Si.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor unggulan dengan nilai LQ tertinggi di karenakan . Sebagai sektor unggulan memberikan dampak positif yaitu bisa mengekspor produknya ke luar kabupaten dan bisa memberikan pengaruh pada sektor-sektor lain. Namun kenyataan menunjukkan bahwa khusus sub sektor pertanian belum ada kegiatan ekspor.

Sektor yang memiliki nilai Location Quantion LQ<1 atau yang merupakan sektor non unggulan ada 11sektor yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor transportasi dan pergudangan. Sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, sektor jasa Lainnya, sektor jasa perusahaan,sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang,sektor informasi dan komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian.

JIANT FRIKIKI KANNA Studi Perilaku Petani Cabai Dalam Penggunaan Pestisida Kimia di Kampung Sumber Boga Distrik Masni, dibimbing oleh YOLANDA HOLLE dan SITI HALIMATUS SA’DIYAH

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Jalur (pathway). Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. Berdasarkan hasil penelitian perilaku petani dalam penggunaan pestisida pada tanaman cabai dengan skor kategori sedang, yang terdiri dari 4 indikator  yaitu jenis pestisida pencapaian skor kategori rendah, dosis pestisida pencapaian skor kategori sedang, frekuensi penggunaan pestisida pencapaian skor kategori sedang, dan cara pengaplikasian pestisida pencapaian skor kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia karena petani percaya bahwa pestisida dapat memberikan keberhasilan dalam usahatani cabai sehingga penggunaan pestisida terus digunakan, meskipun begitu penggunaan pestisida tetap didasarkan pada tinggi rendahnya hama yang menyerang tanaman. Faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida dari tiga indikator yaitu indikator  pengetahuan dengan arah pengaruh terhadap perilaku berpengaruh positif dilihat dari nilai original sebesar 0.325, indikator sikap dengan arah pengaruh terhadap perilaku dilihat dari nilai original sebesar -0.317, dan indikator norma subjektif tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku karena norma subjektif hanya sekedar dorongan tanpa bimbingan tatacara penggunaan pestisida yang tepat dan benar.

 

NAFIS SHOFIAH UTAMI. Analisis Kognitif Petani Padi Sawah Dalam Penggunaan Pupuk Di Distrik Prafi Kabupaten Manokwari, dibawah bimbingan DR. IR. YOLANDA HOLLE, M.SI dan YUNITA PALINGGI, SP.,AGR,

Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan persentase terbesar tingkat kognitif petani di distrik prafi khususnya Kampung Prafi Mulya dan Kampung Desay dalam penggunaan pupuk berada pada jenjang pertama yaitu mengetahui. Adapun beberapa petani yang sudah sudah mampu untuk melakukan sintesa yaitu jenjang tingkatan kelima, yaitu umur padi 3-20 hari (1,80%), umur padi 3-45 hari (0,90%), umur padi 50-65 hari (1,09%).Berpijak dari pernyataan tersebut, maka beberapa petani di distrik prafi khususnya Kampung Prafi Mulya dan Kampung Desay dalam penggunaan pupuk telah mampu mengintegrasikan secara detail dan memberikan kesimpulan tentang komponen jenis, takaran, cara, waktu, frekuensi, kandungan, dan manfaat pupuk. Artinya bahwa beberapa petani telah berada pada tingkatan kognitif tinggi. Berdasarkan hasil uraian diatas, petani yang memiliki ranah kognitif tinggi (jenjang sintesa) dapat mendifusikan informasi penggunaan pupuk kepada petani pada kognitif rendah (jenjang mengetahui).

Adapun beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi kognitif petani transmigrasi tentang penggunaan pupuk yakni pengalaman bertani dan informasi melalui media. Pengalaman bertani dengan jenjang mengetahui mempunyai hubungan yang signifikan. Artinya, semakin lama atau cepat seseorang mengeluti usahatani padi maka semakin banyak atau sedikit juga informasi (stimulus) yang masuk kedalam kognitif petani. Sehingga jika petani mendapatkan pertanyaan mengenai penggunaan pupuk pada padi sawah maka petani akan mampu memberikan respon (mengetahui) sedangkan, informasi melalui media menunjukkan bahwa informasi media dengan jenjang mengetahui mempunyai hubungan yang signifikan. Artinya semakin banyak atau sedikit informasi di dapatkan petani melalui media (cetak dan non cetak) dan komunikasi interpersonal maka semakin banyak atau sedikit informasi (stimulus) yang diterima dan masuk kedalam kognitif petani media tersebut yakni media televisi dan media internet. Sehingga jika petani mendapatkan pertanyaan tentang penggunaan pupuk pada padi sawah, maka petani mampu merespon mengetahui hal tersebut.

BENEDICTA IRIYANTI TABORAT. Analisis Harga Pokok Penjualan Dan Strategi Pengembangan Usaha Sirup Pala di Kabupaten Fakfak (Studi Kasus pada Usaha Sirup Pala Distrik Pariwari), dibawah bimbingan MARIA I. ARIM, SP., M.Sc dan SATRYO P. SEJATI, S.IP., M.H.I

Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan persentase terbesar tingkat kognitif petani di distrik Hasil penelitian ini dilihat bahwa harga pokok penjualan (HPP) sirup pala adalah sebesar Rp45.271 per botol ukuran 525 ml. Dengan HPP ini, maka pengusaha sirup pala tidak mendapat keuntungan dari sirup pala yang saat ini sedang diusahakan karena harga jual sirup pala sebesar Rp30.000 per botol ukuran 525 ml dan harga ini lebih rendah dari HPP sirup pala. Kondisi internal yang dihadapi oleh usaha sirup pala digambarkan dengan nilai total skor pada matriks IFE dan EFE. Total faktor internal 1.17 dan total faktor eksternal 2.83. Matriks IE disusun dengan cara memplotkan total bobot skor rata-rata dari matriks IFE menunjukkan nilai 1.17 yang menggambarkan kondisi internal usaha sirup pala cukup lemah. Sementara itu, hasil evaluasi matriks EFE menunjukkan nilai 2.83 yang menggambarkan kondisi eksternal usaha sirup pala cukup kuat. Strategi pengembangan usaha sirup pala yang dapat diterapkan oleh pengusaha sirup pala berdasarkan analisis IE dan matriks SWOT adalah Memperhatikan pengemasan produk agar tetap menarik untuk menambah jumlah konsumen(SO1); Mempunyai cita rasa yang khas berdasarkan segemntasi pasar untuk menambah jumlah kosnumen(SO2); Memperluas jaringan komunikasi dan memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk menarik minat konsumen membeli produk (WO1); Mendirikan tempat penjualan khusus serta memiliki rumah industri usaha(WO2); Meningkatkan produksi karena kebutuhan konsumen yang semakin tinggi(WO3); Melakukan evaluasi dan meningkatkan kualitas produk sehingga konsumen merasakan kenyamanan dan manfaat membeli produk yang tersedia (ST); Memperbaiki sistem manajemen usaha sirup pala (WT1); Membuat Laporan Arus Kas (WT2); Mendapatkan dukungan pemerintah mengenai ketersediaan bahan baku (WT3).

OLFIN WOMBAIBABO. Hubungan Produktivitas Komoditi Umbi Umbian Dengan Pola Konsumsi Umbi-Umbian Pada Masyarakat Di Kampung Warbefor Distrik Manokwari Utara Kabupaten Manokwari, dibimbing oleh Martua Hutabarat, SP., M.Dev (Pract) dan Saut M.P. Simanungkalit, SE, M.M

Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1.) Produktivitas komoditi ubi kayu, jumlah produktivitasnya adalah sebesar 2.18 kg/m2 2.) Produktivitas komoditi ubi jalar jumlah produktivitasnya adalah 1.94 kg/m2 3.) produktivitas komoditi keladi jumlah produktivitasnya adalah sebesar 2.40 kg/m2.

Pola konsumsi tanaman pangan di Kampung Warbefor yang diteliti adalah 1.) jenis umbi-umbian yang dikonsumsi pada masyarakat Kampung Warbefor adalah ubi kayu, ubi jalar, keladi. 2.) jumlah umbi-umbian yang dikonsumsi masyarakat di Kampung Warbefor lebih sedikit 1 kg per hari. 3.) frekuensi umbi-umbian yang konsumsikan oleh masyarakat kampung Warbefor satu kali makan dalam satu kali masak jika yang dikonsumsikan hanya 1 kg dalam per hari.

Hubungan produktivitas lahan dengan pola konsumsi pada Masyarakat di Kampung warbefor diketahui tidak ada hubungan antar produktivitas lahan umbi-umbian dengan pola konsumsi umbi-umbian tersebut karena dengan produktivitas lahan yang tinggi, petani lokal di Kampung Warbefor pola konsumsinya berdasarkan frekuensi, jenis dan jumlah yang sama

FRANCLIN KAMBU. Pengetahuan Lokal Masyarakat Maybrat Dalam Keragaan Usahatani Talas (Studi Kasus Pada Petani Talas Di Kampung Mano Distrik Ayamaru Timur Selatan Kabupaten Maybrat) dibimbing oleh ELS TIENEKE RIEKE, S.P., M.Si., Ph.D dan DEASI MAYAWATI, SP., M.Si.

Talas bagi Masyarakat Maybrat mempunyai peran yang sangat berarti dalam kehidupan social dan ekonomi. Secara social talas digunakan dalam acara-acara adat dan sebagai penyelesaian suatu konflik. Secara ekonomi talas dijual langsung maupun talas yang sudah diolah menjadi olahan seperti talas bakar. Pada keragaannya talas dibagi menjadi beberapa subsistem yakni subsistem input produksi, subsistem produksi dan subsistem pasca panen. Subsistem input produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk tenaga kerja, peralatan pertanian; subsistem produksi terdiri dari persiapan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan; subsistem pasca panen terdiri dari penanganan pasca panen dan pemasaran.

[gtranslate]